Kamis, 14 Juni 2012

Pengenalan Alat Dan pengenalan panjat tebing

Sebelum mengenal lebih dalam lagi tentang olahraga panjat tebing, pengetahuan tentang peralatan harus diketahui lebih dahulu mengenai nama dan bentuk peralatan kemudian paham fungsi alat tersebut serta yang terakhir yang tidak kala pentingnya dapat mempraktekkan peralatan tersebut sesuai dengan teori yang perna didapat/sesuai standar prosodur pemakaian.

ROPE
Tali yang biasa digunakan dalam pemanjatan adalah jenis karamantel yang secara umum terdapat dua macam:

1. Karnmantle static 
Ada dua jenis karnmatel static 
a. static
b. super static

jenis tali ini mempunyai daya lentur antara 6% s/d 0%, biasanya digunakan sebagai tali tetap ( fixed rope ) yang akan digunakan untuk ascending maupun descending. 
diameter standar yang digunaan adalah 10,5 mm. pnampilan ini biasanya berwarna gelap ( satu warna ), karena sifatnya yang static maka jenis tali ini aga keras atau kaku dibandingkan dengan jenis dyamic.

2. Karnmantel dynamic.
Digunakan untuk pemanjatan ( ebagai pengaman uatama ) yang menghubungkan
pemanjat dengan pengaman. Daya lentur tali ini ingga 25% yang berfungsi sebagai peredam kejut Jika jatuh. Ijin maksimal beban pada tali ini hingga tali tersebut merentang pada titik adalah 25% s/d 50%.
Dimeter yang biasa digunakan adalah 8,8 mm, 9mm, dan 11 m, sedangkan yang diameter 7 mm biasanya digunakan untuk tali transfer.
Karamantel yang baik dan masih layak dipakai bila ditekuk tidak terjadi patahan/masi membentuk lubang .


CARABINER
Carabier adalah cincin kait yang terbuatn dari almuniam alloy yang memeliki gate, ada dua macam carabiner yaitu screw gate dan non screw gate. Screw carabiner lebih besar kegunaannya daripada non screw gate, berfungsi sebagai pengkait dan dikaitkan.

DESCENDER
Peralatan yang digunakan untuk meniti tali keatas (peralatan tambahan) dan kebawah (memberikan gesekan pada tali sehingga kecepatan turun dapat di kontrol) serta mengemankan leader disaat membuat jalur. Jenis descender banyak dan pada umumnya banyak yang menggunakan jenis figure of eight atau auto stop
Descender/figure of eigh Descender auto Stop

ASCENDER
Alat mekanik untuk meniti tali ke atas saja dan secara otomatis mengunci, jenis ascender 
yang banyak dipakai adalah jumar dan croll.

HARNESS
Peralatan yang digunakan dipakai oleh pemanjat ( leader/belayer ) untuk mengamankan tubuh ( leader/blayer ) dan akan lebih aman lagi apabila dihubungkan dengan pengaman utama ( main rope ). Ada dua macam harness yaitu full body harness dan seat harness. 

CHALK BAG 
Sbagai tempat MgCo3 ( Magnesium Carbonat ), yang berfungsi agar tangan tidak licin karena berkeringat sehingga akan dapat membantu dalam pemanjatan.

SEPATU PANJAT
Ada dua jenis sepatu yang digunakan dalam pemanjatan yaitu:

1. Soft ( lentur dan fleksibel )
bagian bawahnya terbuat dari karet yang kuat dan memiliki kelenturan untuk menolong pada pijakan-pijakan yang minim di permukaan tebing dan mempunyai daya friksi yang baik.

2. Hard ( keras )
Jenis sepatu ini pada bagian bawah /telapak kaki tidak terlalu lentur/agak kaku. Cocok digunakan pada tebing yang banyak tonjolannya dan tajam atau tebing dengan tangga-tangga kecil, sehingga gaya tumpuannya dapat tertahan oleh bagian sepatu.
   
PULLEY
Mirip katrol, kecil dan ringan tetapi memiliki kemampuan dalam beban yang berat. Ada beberapa jenis Pulley di antaranya Pulley mini dan Pulley Tandem.
   
HELMET
Berfungsi untuk melindungi/mengamankan bagian kepala pemanjat, sehingga dalam pemanjatan lebih aman. Biasanya terbuat dari bahan plastic khusus yang ringan an tebal.

WEBBING
Merupakan alat panjat yang bentuknya pipih tidak terlau kaku dan lentur dalam penggunaanya dapat berfariasi misalnya: etreyer, sling, pengaman tubuh, sling runner.

CHOCK STOPPER
Merupakan pengaman sisip yang mulai dipasarkan tahun 1950-an. Digunakan untuk celah fertikal yang menyempit kebawah. Prinsip kerjanya menjepit pada celah yang membentuk sudut atau menyempit. Chock ini membentuk pipih.

PAKU PITON
Juga termasuk pengaman sisip yang berguna sebagai pasak. Prinsip kerjanya dimasukan kedalam celah baik yang vertical maupun yang horizontal. 

HEXA 
Secara prinsip cara kerjanya sama dengan chock stopper, hanya berlainan bentuk. Untuk pengaman sisip ini biasanya berbentuk round ( bulat ) dan hexagonal, pada kaitnya terbuat dari wire, seling webbing atau karnmantle static.

FRIEND
Prinsip kerja alat ini jika diberi beban keeping-kepingnya akan mengembang keluar sehingga akan menimbulkan gaya tekan ke smping yang besarnya dua kali lipat gaya beban yang diterimanya. Friend ini digunakan untuk menghadapi jenis-jenis celah vertical yang menyempit ke atas, celah yang melebar keluar, celah menyamping, celah pada lintasan menggantung ( over hang ) dan celah pada lintasan atap ( roof ), lebih dikenal dengan nama friend karena penggunaannya sangat mudah dan tingkat keamanannya dapat diandalkan sebagai teman pada saat memanjat.

ETRIER (TANGGA)
Bila rute yang akan dilalui ternyata sulit, karena tipisnya pijakan dan pegangan, maka etrier ini sangat membantu untuk menambah ketinggian. Pada Atrificial Climbing, etrier menjadi sangat vital, sehingga tanpa alat ini seorang pendaki akan sulit sekali untuk menambah ketinggian.

Abseiling (Rapeling)
Setelah mencapai puncak tebing, persoalan berikutnya adalah bagaimana turun kembali. Pada saat turun, pandangan pendaki tidak seluas atau sebebas ketika mendaki. Inilah sebabnya mengapa turun lebih sulit dari pada mendaki. Karenanya alat sangat diperlukan pada saat turun tebing (abseiling/rapeling). Cara turun dengan menggunakan tali melalui gerakan atau sistem friksi sehingga laju luncur pendaki dapat terkontrol.

Berdasarkan pemakaian alat maka abseiling dapat dibagi atas : teknik tanpa karabiner (classic method) dan teknik dengan karabiner (crab method).

ROCK CLIMBING

Pada dasarnya Rock Climbing dari mountaineering ( kegiatan mendaki gunung, suatu perjalanan petualang ke tempat-tempat yang tinggi ), hanya disini kita menghadai medan yang khusus. Dengan membedakan daerah atau medan yang di lalui, Mountaineering dapat dibagi menjadi : hill walking, Rock Climbing dan Ice/Snow Climbing. Hill walking merupakan perjalanan biasa melewati serangkaian hutan dan perbukitan dengan berbekl pengetahuan peta/kompas dan survival. Kekuatan kaki jadi factor utama suksesnya suatu perjalanan. Untuk rock climbing, medan yang dihadapi berua perbukitanm atau tebing dimana sudah diperlukan bantuan tangan untuk menjaga keseimbangan tubuh atau untuk menambah ketinggian. Es/ snow climbing hamper sama dengan halnya rock climbing, namun medan yang dihadapi adalah perbukitan atau tebing ice salju.

Sejarah Panjat Tebing Indonesia

Berawal dari mereka yang mempunyai mata pencaharian sebagai pengunduh sarang burung wallet gua di tebing- tebing Kalimantan Timur atau Karang Bolong Jateng, merupakan tonggak sejarah panjat tebing di Indonesia, kemudian pada tahun 1958 lapangan terbang perintis dibuka pada beberapa lokasi di Irian membangkitkan semangat para pendaki gunung Untuk mencoba Cartensz sang perawan salju di Khatulistiwa. Pada tahun 1964 beberapa pendaki Jepang serta3 orang ABRI, Fred Athaboe, Sudarto dan Sugirin yang tergabung dalam Ekspedisi Cendrawasih berhasil mencapai puncak Cartensz(4884 mdpl) di Irian. Pada tahun ini pula perkumpulan pendaki gunung tertua yaitu Mapala UI di Jakarta dan Wanadri di Bandung, dan juga merupakan awal mula sejarah pendakian gunung di Indonesia.

Klasifikasi Panjat Tebing

Dalam panjat tebing terdapat 2 klasifikasi yaitu:
  1. Pembedayaan yang pertama adalah free climbing dengan Artificial Climbing. Free Climbing adalah suatu tipe pemanjatan dimana si pemanjat menambah ketinggian dengan menggunakan kemampuan dirinya sendiri, tidak dengan bantuan alat. Dalam Free Climbing alat digunakan hanya sebatas pengaman, bukan sebagai alat untuk penambah ketinggian. Bedanya dengan artificial climbing, dimana alat selain digunakan sebagai pengaman, juga berfungsi untuk menambah ketinggian.
  2. Perbedaan yang kedua adalah sport climbing dengan adventure climbing. Sport Climbing adalah suatu pemanjatan yang lebih menekankan pada factor olah raganya. Dalam sport climbing, pemanjatan dipandang seperti halnya olah raga yang lain, yaitu untuk menjaga kesehatan. Sedangkan pada adventuring, yang itekankan adalah lebih pada nilai petualangnya.

PROSEDUR PEMANJATAN


Tahapan-tahapan dalam pemanjatan hendaknya dimulai dari langkah-langkh sebagai berikut:
  • mengamati lintasan dan memikirkan teknik yang akan dicapai.
  • Menyiapkan peralatan yang akan dibutuhkan
  • Untuk Leader, perlengkapan teknis diatur sedemikian rupa agar mudah untuk diambil / memilih dan tidak mengganggu gerakan. Tugas dari Leader sendiri adalah membuat lintasan yang akan dilaluinya dan pemanjat berikutnya.
  • Untuk Belayer, memasang ancor dan merapikan alat-alat. Tugasnya adalah membantu Leader baik dengan aba-aba maupun dengan tali yang dipakai Leader, Belayer juga bertugas mengamankan Belayer dari resiko jatuh atau yang lainnya, dengan langkah awal yaitu meneliti penganman yang dipakai Leader.
  • Bila belayer dan Leader telah siap melakukan pemanjatan, segera memberi aba-aba pemanjatan
  • Bila Leader sampai ketinggian 1 pitch (tali habis) ian harus memasang ancor.
  • Leader yang sudah memasang ancor diatas, selanjutnya berfungsi sebagai Belayer untuk mengamankan pemenjat berikutnya.

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD)

Sehari-hari dimana saja dan kapan saja, tidak jarang kita jumpai berbagai macam kecelakan, dengan akibat luka ringan maupun berat.
Menilik dari hal tersebut, diharapkan kita dapat menguasai dan menerapkan pengetahuan tentang pertolongan pertama apabila terjadi kecelakaan.
Mountain Sicknes ( Penyakit yang sering terjadi saat melakukan pendakian ) antara lain:

1. Ketegangan dan panik
    - Pencegahan :
      • Sering berlatih 
      • Berpikir positif dan optimis 
      • Persiapan fisik dan mental 

2. Matahari / kepanasan ( Hipoksia )
    - Kelelahan panas 
    - Kejang panas 
    - Sengatan panas 
   Pencegahan keadaan panas :
   • Aklimitasi  
   • Persedian air 
   • Mengurangi aktivitas 
   • Garam dapur 

3. Serangan penyakit
    - Demam 
    - Disentri ( diare )
    - Typus 
    - Malaria 

4. Kemerosotan mental ( Drop )
    - Gejala : Lemah, lesu, kurang dapat berpikir dengan baik, histeris
    - Penyebab : Kejiwaan dan fisik lemah, Keadaan lingkungan mencekam
    - Pencegahan : Usahakan tenang,Banyak berlatih

5. Bahaya binatang beracun dan berbisa
    - Keracunan 
     • Gejala : Pusing dan muntah, nyeri dan kejang perut, kadang-kadang mencret, kejang-kejang seluruh badan, bisa pingsan.
       Penyebab : Makanan dan minuman beracun
       Pencegahan : Air garam di minum
                                   Minum air sabun mandi panas
                                   Minum teh pekat
                                   Di tohok anak tekaknya

6. Keletihan amat sangat
    Pencegahan : Makan makanan berkalori, Membatasi kegiatan

7. Kelaparan
8. Kehausan ( Dehidrasi )
9. Lecet 
10. Shock
11. Pingsan
12. Kejang otot ( kram )
13. Terkilir (Reptura Tendo)
14. Dislokasi (sendi meleset)
15. Patah Tulang
16. Keracunan
17. Kedinginan ( Hypotermia )
       Untuk penurunan suhu tubuh < 30° C bisa menyebabkan kematian

KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM ( KSDA )

Ditinjau dari bahasa, konservasi berasal dari kata conservation, dengan pokok kata to conserve (Bhs inggris) yang artinya menjaga agar bermanfaat, tidak punah/lenyap atau merugikan. Sedangkan sumber dalam alam sendiri merupakan salah satu unsur dari liungkungan hidup yang terdiri dari sumber daya alam hayati dan sumber daya alam non hayati, serta seluruh gejala keunikan alam, semua ini merupakan unsur pembentuk lingkungan hidup yang kehadirannya tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Dari sedikit uraian tersebut diatas, maka konservasi sumber daya alam dapat diartikan sebagai pengelolaan sumber daya alam yang dapat menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan menjamin kesinambungan pertsediaannyadengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragamannya.

Menurut kemungkinan pemulihannya, kita mengenal 2 (dua) macam sumber daya alam, yaitu:
  1. Renevable, sumber daya alam yang dapat dipulihkan/ diperbaharui, yaitu sumber daya alam yang dapat dipakai kembali setelah diadakan beberapa proses. Contoh : air, pohon, hewan dll
  2. Anrenevable, yaitu sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui/ dipulihkan apabila dipakai terus menerus akan habis dan tidaka dapat diperbarui. Contoh : minyak bumi, batubara, Emas dll. 
Pengertian konservasi sumber daya alam dan ekosistemnya dapat mengandung tiga aspek, yaitu :
  1. Perlindungan sistem penyangga kehidupan
  2. Pengawetan dan pemeliharaan keanekaragaman, jenis baik flora dan fauna beserta ekosistemnya.
  3. Pemanfaatan secara lestari bagi terjaminnya sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. 
Kendala / permasalahan dan upaya penanggulangannya dalam konservasi lingkungan. Dalam melaksanakan pembangunan konservasi sumber daya alam, dan ekosistemnya masih ditemui kendala pada umumnya diakibatkan oleh :
  1. Tekanan penduduk
  2. Jumlah penduduk Indonesia yang padat sehingga kebutuhan akan sumber daya alam meningkat.
  3. Tingkat kesadaran
  4. Tingkat kesadaran ekologis dari masyarakat masih rendah, hal ini dikarenakan tingkat pendidikan yang rendah dan pendapatan yang belum memadai. Sebagai contoh beberapa kawasan konservasi yang telah ditetapkan banyak mengalami kerusakan akibat perladangan liar / berpindah-pindah.
  5. Kemajuan teknologi :Kemajuan teknologi yang cukup pesat akan menyerap kekayaan (eksploitasi sumber daya alam) dan kurangnya aparat pengawasan serta terbatasnya sarana prasarana.
  6. Peraturan dan perundang-undangan
Peraturan perundang-undangan yang ada saat ini belum cukup mendukung pembentukan kawasan konservasi khususnya laut (perairan).

Agar usaha pembangunan konservasi sumber daya alam dan lingkungan hidup di Indonesia dapat mencapai harapan yang telah ditetapkan secara garis besar perlu ditempuh upaya sebagai berikut :
  1. Intensifikasi pengelolaan kawasan konservasi
  2. Peningkatan dan perluasan kawasan konservasi sehingga mewakili tipe-tipe ekosistem yang ada.
  3. Recruitment dan peningkatan ketrampilan personel melalui pendidikan dan latihan.
  4. Peningkatan sarana dan prasarana yang memadai.
  5. Peningkatan kerjasama dengan isntansi lain didalam dan luar negeri.
  6. Penyempurnaan peraturan perundang-undanagn dibidang konservasi sumber daya alam dan lingkungan hidup.
  7. Peningkatan pengamanan dan pengawasan terhadap kawasan konservasi (dengan pemberian pal-pal batas) peradaran flora dan fauna.
  8. Memasyarakatkan konservasi ke seluruh lapisan masyarakat sehingga dapat berperan serta dalam upaya konservasi sumber daya alam dan lingkungan 
Kawasan konservasi adalah merupakan salah satu sumber kehidupan yang dapat meningkatkan kesejahtreraan masyarakat Indonesia. Oleh karena itu usaha-usaha konservasi di Indonesia haruslah tetap memegang peranan penting dimasa yang akan datang, suatu hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa usaha konservasi sumber daya alam tersebut harus dapat terlihat memberikan keuntungan kepada masyarakat luas, hal ini penting untuk mendapat dukungan dan partisipasi seluruh lapisan masyarakat.
Definisi-definisi
  1. Sumber Daya Alam Hayati adalah unsur-unsur hayati dialam yang terdiri dari sumber alam nabati (tumbuhan) dan sumber daya alam hewani (satwa) yang bersama unsur non hayati disekitarnya secara keseluruhan membentuk ekosistem.
  2. Konservasi sumber daya alam hayati, adalah pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjaga kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya.
  3. Ekosistem sumber daya alam hayati, adalah sistem hubungan timbal balik antara unsur dalam alam baik hayati maupun non hayati yang saling ketergantungan dan pengaruh mempengaruhi.
  4. Kawasan suaka alam, adalah kawasan dengan ciri khas tertentu baik didarat dan diperairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai wilayah penyangga kehidupan.
  5. Kawasan pelestarian alam, adalah kawasan dengan ciri khas tertentu baik didarat maupun diperairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatannya secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
  6. Kader konservasi dan pecinta alam, adalah seseorang atau sekelompk orang yang telah terdidik atau ditetapkan oleh isntansi pemerintah atau lembaga non pemerintah yang secara sukarela sebagai penerus upaya konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, bersedia serta mampu menyampaikan pesan-pesan konservasi kepada masyarakat.
  7. Cagar alam, adalah hutan suaka alam yang berhubungan dengan keadaan alam yang khas termasuk alam hewani dan alam nabati yang perlu dilindungi untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan kebudayaan


MOUNTAINERING

Pada garis besar gunung terbagi menjadi 2, yaitu gunung berapi/aktif dan tidak aktif. Berdasar bentuknya dibagi menjadi

1. Gunung api strato(bentuk campuran)

tersusun atas perselingan lelehan lava erupsi efusif dengan bahan lepas hasil erupsi eksplosif. contoh : Gunung Tangkuban perahu

2. Gunung api perisai :

bentuk ini tersusun terutama oleh perlapisan lelehan atau lelehan lava encer.Sehingga lava encer ini menghasilkan kubah landai.Contohnya : Gunung Mauna Loa di Hawaii Gunung api maar. Gunung ini terjadi karena suatu erupsi eksplosif yang berlangsung relatif singkat pada gunung api baru yang terbentuk.Hasil letusan ini berupa suatu lubang kawah yang landai.kawah ini biasanya kemudian terisi air dan merupakan suatu danau kawah

3. Gunung api kaldera:

Terjadi sebagai akibat dari suatu erupsi eksplosif yang dahsyat sehingga puncak dari kerucut gunung api runtuh,dan terbantuk kawah raksasa dengan tebing yang terjal dan mempunyai garis tengah kaldera antara 2 km sampai dengan lebih dari 10 km Contoh : Gunung Tambora di Nusa Tenggara dan Gunung Tengger di Jawa Timur


Jenis Perjalanan / Pendakian

Mountenaineering dalam arti luas berarti suatu perjalanan yang meliputi dari Hill Walking/Fell Walking, Scrambling, Climbing, Mountenaineering. Adapun uraiannya sebagai berikut:

a. Hill Walking/Fell Walking

Perjalanan mendaki bukit yang relative landai dan tidak membutuhkan peralatan teknis pendakian yang rumit, landai dalam arti kemiringan sudut tanah tidak lebih dari 45mdpl.

b. Scrambling

Pendakian pada tebing-tebing batu yang tidak begitu terjal sekitar kemiringan 45x-72mdpl. Tangan kadang-kadang diperlukan hanya untuk keseimbangan, bagi pemula tali kadang harus dipasang sebagai pengaman.

c. Climbing

Kegiatan pendakian yang membutuhkan penguasaan teknik mendaki, tali-temali dan kekuatan fisik, mental, ketenangan serta keberanian. Peralatan teknis dibutuhkan untuk pengaman. Sudut kemiringan tanah dalam pendakian jenis climbing ini berkisar lebih dari 72 mdpl.

d. Mountenaineering

Gabungan dari semua bentuk pendakian diatas dimana selain dibutuhkan pengetahuan teknik mendaki, persiapan fisik dan peralatan mendaki juga diperlukan tentang manajemen pendakian.

PERENCANAAN DAN PENGELOLAAN PERJALANAN DI ALAM BEBAS ( Manajemen Perjalanan/ Manajemen Expedisi )

PENDAHULUAN

Dorongan untuk melakukan petualangan di alam bebas menyebabkan para penggiatnya melakukan berbagai kegiatan perjalanan, mulai dari pendakian gunung, penyusuran pantai , pengarungan sungai berarus deras, dll. Perjalanan tsb dilakukan dengan berbagai tujuan mulai dari eksplorasi, survey maupun hanya untuk berjalan-jalan. Semua perjalanan tsb memerlukan persiapan yang baik, mengingat kegiatan di alam bebas seperti ini menghadapkan kita pada berbagai kondisi alam yang apabila tidak kita ketahui dengan baik akan menghadapkan kita pada keadaan yang dapat membahayakan jiwa kita, dan sebaliknya bila kita pahami akan memberikan kenikmatan berpetualang pada penggiatnya.
Agar perjalanan di alam bebas dapat berjalan sesuai dengan rencana kita, ada beberapa hal yang perlu dilakukan :

1. TUJUAN

Merumuskan suatu tujuan haruslah berdasarkan realita, tidak boleh terlalu ambisius. Tujuan haruslah disesuaikan dana yang telah tersedia, kemampuan anggota, dan waktu. Setiap anggota harus mengetahui dengan jelas tujuan perjalanannya, hal ini untuk menghindari kesalahpahaman yang mungkin akan terjadi.

2. WAKTU

Apakah waktu yang ditetapkan bisa diikuti oleh semua anggota ? perencanaan perjalanan alam bebas harus pula memperhitungkan kalender kuliah atau pekerjaan anggota-anggotanya. Hal lain yang harus diperhatikan adalah musim pada saat pelaksanaan perjalanan alam bebas tsb.

3. PESERTA

Jumlah anggota yang ikut haruslah ditetapkan dengan beberapa pertimbangan, berapa orang yang dapat dilibatkan dengan fasilitas transportasi yang ada ? berapa orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tujuan berdasarkan keahlian, pengalaman dan minat peserta bekerjasama eegentk sesuai dengan ae iitanuyan' iklnpdnlak k untuk menentukan itu semua maka seleksi haruslah dilakukan. Tentukan koordinator perjalanan (leader), bidang-bidang koordinasi, subkoordinasi, seperti bidang dana, publikasi dan dokumentasi, perlengkapan akomodasi, logistik, medis dll. Koordinator perjalanan haruslah dipilih dari orang-orang yang berwibawa dan punya pengalaman sebagai pemimpin. Dia tidak harus seorang pendaki yang hebat, tetapi yang lebih penting lagi adalah yang mampu mengkoordinasi pendakian tsb.

4. ANGGARAN KEUANGAN

Dalam menyusun keuangan, beberapa hal harus diperhitungkan, antara lain kemungkinan situasi ekonomi negara kita, seperti inflasi, perubahan kurs mata uang asing. Sebagai contoh ekspedisi Indonesia ke Himalaya beberapa tahun yang lalu tidak jadi berangkat hanya beberapa hari sebelum pemberangkatan karena terjadi inflasi. Kemungkinan lain adalah tidak tercapainya dana yang dibutuhkan.Alokasi dana atau perjalanan harus tepat dan masuk akal. Buatlah anggaran yang terperinci untuk setiap bidang. Pengeluaran dan pemasukan uang hanya berhak dilakukan oleh satu orang, mis bendahara atau pemimpin perjalanan.

5. PERIJINAN

Setiap daerah atau negara mempunyai peraturan perijinan yang berbeda. Izin ini tergantung juga pada sifat ekspedisi yang akan dilakukan : untuk penelitian, wisata, pembuatan film, atau petualangan. Demikian pula apabila perjalanan itu gabungan dengan pihak luar negeri, bagaimana prosedurnya haruslah diperhitungkan.

6. PEMBUKUAN PERJALANAN

Pembukuan sebaiknya dilakukan secepatnya, kalau perjalanan itu dilakukan pada masa liburan mis, pembukuan harus dilaksanakan jauh-jauh hari sebelum kehabisan tiket . Kalau suatu lembaga memastikan akan memberikan bantuan transportasi tentulah kita tidak akan kesulitan tinggal menentukan tanggal keberangkatan yang pasti.

7. SPONSOR DAN PUBLIKASI

Adakalanya pencantuman seorang penasehat atau pelindung dalam organisasi perjalanan dilakukan dengan pertimbangan diplomatis, yaitu untuk mendukung organisasi itu dalam usaha untuk mencari kemudahan fasilitas atau lainnya.
Publikasi di media massa seringkali penting dan berkaitan erat dengan usaha pengumpulan dana. Seorang yang bertanggung jawab atas publikasi perlu ditunjuk. Dia harus pandai berhubungan dengan pihak luar dan menarik minat pers untuk menyiarkan ekspedisi ini baik di koran, majalah, radio maupun televisi. Siaran pers harus disiapkan secara menarik lengkap dengan foto atau gambar.

8. PENELITIAN DAN PERENCANAAN PERJALANAN

Perencanaan terperinci harus dilakukan oleh setiap bidang. Kalau memang memungkinkan ada baiknya mengirimkan satu kelompok pendahulu untuk dilakukan survey lokasi, yang bertugas mencari informasi tentang lokasi. Tinggi gunung, tumbuh-tumbuhan yang ada, arus sungai, temperatur, adat istiadat penduduk setempat, semua informasi tsb haruslah diketahui. Team survey harus juga mencari informasi tentang camp induk yang akan didirikan dan untuk melapor pada pejabat setempat, tidak lupa menghubungi puskesmas atau dokter setempat (untuk bekerja sama apabila ada kecelakaan dalam perjalanan). Bila survey tidak bisa dilaksanakan pencarian informasi bila dilakukan dengan bertanya kepada orang yang sudah pernah berekspedisi ke sana, membaca buku atau mempelajari peta.
Dengan terkumpulnya seluruh informasi kita dapat merencanakan perjalanan sematang mungkin. Lakukanlah pengecekan dan konfirmasi seluruh informasi apa yang telah masuk. Checklist perlengkapan disesuaikan dengan kondisi lokasi, buatlah daftar peralatan yang harus dibawa oleh individu atau kelompok. Pastikan tiap anggota membawa P3K dan obat-obatan pribadi.

9. PERENCANAAN DI LAPANGAN

Kegiatan di lapangan harus sudah jauh-jauh hari disiapkan. Dirumuskan secara terperinci dalam schedule. Susunlah rencana itu dalam suatu jadwal khusus hari per hari. Tetapkanlah waktu yang diperlukan untuk mencapai target/ tujuan perjalanan, serta strategi yang akan digunakan dan rute yang akan ditempuh, serta tempat menginap/ bivoak.



10. BRIEFING 

Seluruh anggota perjalanan akhirnya dikumpulkan untuk menerima briefing. Pada kesempatan ini, pimpinan perjalanan menjelaskan segala sesuatu yang berkenaan dengan perjalanan antara lain : tujuan, lokasi, kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi, metode dan strategi di lapangan dsb, kalau perlu dalam kesempatan ini diadakan pula ceramah oleh para ahli untuk menjelaskan tentang lokasi dari segi geologi atau antropologi. Kesempatan ini juga dapat dilaksanakan untuk mengenal dan mengadakan latihan pemakaian peralatan baru.

11. CHECK KESEHATAN

Pastikan semua anggota telah melakukan check kesehatan. Usahakan mendapat vaksinasi untuk mencegah demam, tuberculoses, serta anti tetanus.

12. PELAKSANAAN DI LAPANGAN

Dalam tahap ini pemimpin perjalanan langsung menangani pelaksanaan perjalanan. Pimpinan harus pandai menekankan kepada anggota-anggotanya bahwa keberhasilan suatu perjalanan ditentukan oleh kemampuan setiap anggota untuk belajar tinggal dan bekerjasama sebagai suatu kelompok yang utuh, pada setiap kesempatan lakukanlah pertemuan untuk mengadakan evaluasi dan diskusi mengenai masalah-masalah yang dihadapi. Berilah kesempatan setiap bidang untuk melaporkan setiap kegiatan yang telah dan akan dilaksanakan, sehingga setiap anggota akan dapat mengetahuinya.

13. SETELAH PERJALANAN

Tahap ini adalah anti klimaks, sehingga kegiatannya seringkali terulur-ulur, bahkan tak jarang dilupakan. Baiknya membuat laporan perjalanan. Kalau memungkinkan kirimkanlah ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran perjalanan.

SEJARAH PENDAKIAN GUNUNG

Meneliti kembali sejarah pendakian gunung akan kembali membuka berbagai catatan yang tidak cukup jelas, hal ini haruslah dimaklumi karena kegiatan ini telah dimulai manusia dimana saat itu teknologi tidaklah seperti yang terlihat saat ini. Oleh karenanya banyak tulisan tentang para pelaku sejarah pendakian gunung hanya berupa catatan kecil dan banyak penulis hanya mereka-reka tentang apa yang sebenarnya dipikirkan oleh mereka dalam tujuannya menggapai tempat-tempat tertinggi di dunia.

“Because it is there” jika boleh meminjam kutipan kata dari sang legendaris George Mallory ketika ditanya alasannya mengapa mendaki gunung. Apakah menggapai tempat-tempat tertinggi telah mengispirasi kegiatan pembangunan manusia selanjutnya seperti pembangunan altar untuk roh, menyaksikan pemandangan sebuah kota dari puncak bangunan atau juga membangun menara-menara yang berhubungan dengan pengamatan cuaca dan geologi. Saat ini, pendakian gunung merupakan bagian dari olahraga, hobi bahkan telah menjadi sebuah profesi. Kegiatan pendakian gunung membutuhkan kekuatan fisik dan mental hingga persiapan logistik yang baik untuk bisa berhasil. Selain sebagai kegiatan yang kian diminati saat ini pendakian gunung juga memberikan kontribusi pada berbagai kegiatan ilmiah.

Berikut adalah beberapa catatan penting dalam sejarah pendakian gunung :

  • 1874 - Grove, Gardiner, Walker, Sottajev dan Knubel mencapai puncak gunung tertinggi di Eropa: Elbrus.
  • 1913 - Karstens, Harper, Tatum dan Stuck mencapai puncak gunung tertinggi di Amerika Utara: Gunung McKinley (Gunung Denali).
  • 1953 - Norgay dan Hillary mencapai puncak gunung tertinggi di dunia: Mount Everest di Nepal.
  • 1985 - Dick Bass mencapai Mount Everest dan menjadi orang pertama yang mencapai seluruh Seven Summits.
Tidak semua orang dilahirkan untuk daerah yang keras seperti gunung. Namun hal ini bukan berarti kita tidak dapat melakukan petualangan di daerah keras seperti gunung. Untuk dapat melakukannya kita harus melatih dengan baik dan terus melakukan hingga memiliki berbagai pengalaman yang cukup. Peralatan yang paling mahal tidak akan memberikan kompensasi jadi pastikan kita terus membangun pengalaman pendakian kita.

Hiking, merupakan komponen yang lebih lembut dari pendakian gunung (Mountainering), karena murni berjalan di jalur-jalur yang jelas di gunung dengan tujuan menjelajahi dan menikmati alam. Yang bisa didapatkan dari hal seperti ini adalah keakraban dengan alam dan tidak perlu dilakukan dengan tergesa-gesa bahkan banyak kegiatan bisa dilakukan di dalamnya.

Selasa, 08 Mei 2012

Pengembaraan 2012, Mount Selamet 3.428 mdpl (Jalur Guci).










Minggu, 06 Mei 2012

Jungle Survival

“Janganlah Mencoba untuk menaklukan Alam Tapi Cobalah untuk bersahabat dengan Alam Sebagai bukti kesungguhan mencintai Alam”

A. Bila Tersesat

Dalam melakukan perjalanan (darat, laut, maupun udara) kita berharap selamat sampai tujuan. Oleh karena itu diperlukan suatu perencanaan yang matang, kita sudah mempelajari manajemen perjalanan pada materi yang lalu. Akan tetapi, kemungkinan hal-hal yang tidak kita inginkan dapat terjadi misalnya tersesat. Faktor yang menyebabkan diantaranya factor alam dan factor manusianya sendiri. Dalam keadaan seperti ini ada pedoman yang harus diingat yaitu STOP yang merupakan kependekan dari:

S = Stop/siting, berhenti dan istirahatlah kalau perlu sambil duduk. Usahakan menenangkan pikiran dan JANGAN PANIK!.

T = Thinking, gunakan akal sehat dan selalu sadar akan keadaan yang sedang dihadapi.

O = Observe, amati keadaan sekitar, tentukan arah, manfaatkan alat-alat yang ada dan hindari hal-hal yang tidak perlu.

P = Planning, buat rencana untuk mengatasi masalah. Jangan lupa pikirkan konsekuensinya bila sudah memutuskan apa yang akan dilakukan.

Pedoman Memilih Jalan
Berjalan di hutan-hutan pegunungan memiliki kiat yang tersendiri. Sedapat mungkin berjalan di punggung gunung. Pilihan ini memungkin untuk melakukan orientasi medan lebih mudah dari pada kita berjalan di lembah. Di bagian-bagian tertentu punggungan biasanya ada celah terbuka yang memungkin untuk memperkirakan arah dan posisi survivor. Lagi pula ada kebiasaan orang utas (perambah hutan) untuk membuat jalan di punggung gunung. Bila menemukan jalan setapak ikutah jalan tersebut. Hampir dapat dipastikan akan menemukan pemukiman orang.

Kedua adalah berjalan di dekat batang air atau sungai. Untuk hutan-hutan dataran rendah, berjalan didekat sungai memungkinkan untuk bertemu dengan jalan setapak seperti diatas. Jalan-jalan ini biasanya berpangkal di kelokan sungai atau didekat hulu-hulu sungai di bagian yang landai merupakan lekuk pendaratan bagi perambah hutan. Dengan mengikuti jalur sungai ada beberapa keuntungan yang dapat diraih. Yang jelas survivor tidak perlu khawatir kehabisan air dan bahan makanan. Ikan, reptil, dan bahkan mamalia kecil banyak bersarang didekat tepi sungai. Keuntungan yang lain adalah umumnya pemukiman orang dibuat di dekat atau di tepi sungai, sehingga peluang untuk bertemu manusia lebih besar.

Yang perlu diperhatikan dalam berjalan di tepi sungai adalah bahaya yang berasal dari binatang buas dan datangnya banjir secara tiba-tiba. Demikian pula berjalan mengikuti jalur air / sungai tidak dianjurkan karena khawatir terjebak dalam lembah sungai yang curam dan atau bertemu dengan tebing air terjun yang tak terlewati.

Orientasi medan dapat dilakukan siang dan malam hari, namun berjalan hanya boleh dilakukan di siang hari. Khususnya dipegunungan, orientasi dapat dilakukan dengan memanfaatkan punggung atau puncak tebing yang terbuka, pohon yang mungkin dipanjat atau pandangan dari celah-celah lembah sungai. Dimalam hari orientasi dapat dilakukan dengan bantuan cahaya lampu-lampu dari pemukiman. Meskipun nampak dekat, berjalan dimalam hari sama sekali tidak dianjurkan. Bahaya tersesat, terjebak atau terjatuh dalam jurang atau serangan binatang liar amat besar kemungkinannya.

Setiap kali berpindah tempat, usahakan untuk selalu meninggalkan jejak yang jelas. Torehan di batang pohon, bekas-bekas tebasan semak belukar, dedaunan yang dipatahkan atau diletakkan dengan posisi tertentu. Jejak yang dibuat amat bermanfaat untuk apabila survivior menemui jalan buntu dan ingin merunut kembali jalan semula. Selain itu jejak ini juga bermanfaat bagi tim pencari untuk menelusuri arah yang ditempuh survivor.

Dalam mencari jalan keluar perhatikan kondisi pikiran maupun fisik yang ada. Apabila sudah buntu / belum menemukan jalan keluar maka kita jangan memaksakan diri untuk terus berjalan. Dengan pertimbangan yang matang maka lebih baik kita bertahan disuatu tempat yang sekiranya aman. Untuk dapat bertahan hidup di tempat tersebut dalam beberapa waktu maka pengetahuan tentang survival mutlak harus di kuasai.

B. Pengertian SURVIVAL

Banyak versi tentang pengertian survival. Survival berasal dari bahasa inggris survive atau to survive yang artinya bertahan hidup. Yang dimaksud disini adalah kemampuan untuk dapat bertahan hidup dari keadaan yang kurang menguntungkan sampai terjalin komunikasi dengan pihak luar. Survival dapat juga diartikan sebagai upaya untuk mempertahankan hidup dan keluar dari keadaan yang sulit atau kritis. Dalam arti yang sempit, survival digunakan dalam kaitan dengan keadaan-keadaan darurat yang terjadi karena terisolasinya seseorang atau sekelompok orang (disebut sebagai SURVIVOR) akibat suatu musibah atau kecelakaan. Keadaan tersebut antara lain tersesat di hutan, terdampar di pulau atau pesawat yang terjatuh disuatu tempat asing. Akibatnya survivor mwngalami kesulitan berkomunikasi dengan masyarakat luas dan dengan demikian sukar mendapatkan bantuan atau pertolongan yang diperlukan.

Berbagai tehnik survival telah dikembangkan orang untuk menghadapi kondisi medan yang memang beragam. Kita mengenal tehnik survival laut (sea survival) yang dipersiapkan untuk menghadapi kemungkinan kecelakaan di laut, survival padang es bagi yang tersesat di pegunungan atau padang salju, survival rimba (jungle survival) bagi yang mengalami musibah atau tersesat di rimba daratan atau pengunungan, survival gurun dan lain sebagainya. Walaupun demikian, terdapat kesamaan tujuan yang mendasari berbagai tehnik survival tersebut, yaitu memulihkan kembali hubungan dengan masyarakat umum. Oleh sebab itu yang ditekankan dalam setiap tehnik survival ini adalah bertahan hidup, mempertahankan hidup lengkap dengan segenap kemampuannya dan kemudian memutuskan isolasi yang menghambat komunikasi survivor dengan masyarakat umum.

Seseorang yang tidak diketahui namanya, telah menyusun dengan bagus kalimat-kalimat dalam bahasa inggris yang merangkai kata SURVIVAL. Kamlimat-kalimat ini menggambarkan prinsip-prinsip yang harus dipegang oleh seorang survivor, yaitu;

* Size Up the Situation, pandailah dalam menilai situasi, setiap kondisi lingkungan dan perubahan-perubahannya harus betul-betul diperhatikan agar selamat.
* Undue Haste Make Taste, jangan tergesa-gesa, biar lambat asal selamat. Setiap tindakan hendaknya dipikirkan untung ruginya. Kesalahan dalam pengambilan keputusan dapat berakibat kematian.
* Remember Where You Are, Ingat dimana kamu berada. Baik posisi harfiah yang berarti lokasi dimana berada maupun posisi yang berarti kondisi dan kedudukan diri pada saat itu.
* Vanquish fear and panic, Kuasai diri dari rasa takut dan panic yang dapat menumpulkan nalar dan pikiran yang jernih.
* Improvise, Perbaiki diri dari kesulitan. Gunakan segenap kemampuan dan pengetahuan untuk keluar dari kesulitan yang sedang dihadapi.
* Value living, Hargailah kehidupan. Jangan siasakan hidup dengan mengambil keputusan yang ceroboh. Buang pikiran jauh-jauh dari keinginan bunuh diri.
* Act like the native, Sesuaikan diri dengan penduduk setempat, sesuaikan dirimu dengan lingkungan disekitarmu.
* Learn basic skill, Pelajari dasar-dasar pengetahuan dan latihlah kemampuan di alam bebas.

Menurut jumlah orangnya survival ada dua macam yaitu survival individu dan survival kelompok. Dalam survival individu atau sendiri, akan mengundang rasa kesepian dan bosan selain rasa takut dan panik. Kesepian dan bosan adalah masalah besar yang harus segera diatasi dan dihindarkan. Karena hal tersebut akan dapat membuat perasaan tertekan yang bisa menghilangkan semangat dan keinginan untuk hidup. Kesepian dan bosan hanya bisa ada dalam suatu lamunan yang disetujui oleh tindakan dan pikiran. Untuk mengatasinya selalu bekerjalah untuk hal yang perlu dikerjakan akan bisa menghindari rasa sepi dan bosan.

Survival kelompok lebih baik dari pada survival sendiri, tersedianya banyak tenaga untuk melakukan pekerjaan dan adanya teman untuk berkomunikasi yang dapat menghilangkan rasa sepi dan bosan. Namun, setiap orang tidak akan sama dalam menghadapi sesuatu yang dihadapinya. Dalam keadaan ini kecenderungan orang akan bertindak untuk kepentingan dirinya sendiri dengan mengabaikan kepentingan bersama. Untuk menjaga hal tersebut, dan kebersamaan tetap terkontrol maka sebaiknya dipilih seorang pemimpin untu k mengkoordinasikan setiap anggota kelompok. Tugas dari pemimpin dalam survival ini adalah;

· Menyusun rencana yang melibatkan seluruh anggota dan keselamatan menjadi milik bersama.
· Lakukan pembagian tugas pekerjaan kepada setiap anggota. Sesuaikan tugas dengan kondisi tiap anggota. Dengan pembagian tugas pekerjaan akan cepat diselesaikan dan membina rasa kebersamaan.
· Kembangkan rasa kebersamaan dan kepercayaan di dalam kelompok.

C. Kebutuhan Seorang SURVIVOR
Kehidupan merupakan salah satu karunia Tuhan yang paling berharga. Dan hidup manusia amat berharga dari detik ke detik, tak peduli apakah orang itu jelek ataupun baik kelakuannya. Karena itu mempertahankan hidup merupakan kewajiban bagi setiap manusia. Batas kemampuan manusia dalam berusaha adalah ”PINGSAN ATAU MATI” sebelum itu terjadi pantang bagi kita untuk putus asa. Sebelum ajal berpantang untuk mati.

Berhasil atau tidaknya keluar dari keadaan tidak menentu ini, semua tergantung pada diri kita sendiri. Awal dari keberhasilan kita adalah menanamkan atau menumbuhkan dari semangat “HARUS HIDUP”. Tanpa semangat itu, kecil kemungkinan dapat keluar dari keadaan ini. Setelah mendapatkan semangat “HARUS HIDUP” maka kebutuhan yang harus dimiliki seorang survivor adalah :

1. Sikap mental yang mendukung survival diantaranya ; semangat, percaya diri, akal sehat, disiplin dan rencana kegiatan yang matang, serta kemampuan belajar dari pengalaman.

2. Pengetahuan, terutama pengetahuan yang berhubungan dengan tehnik survival yaitu ; cara membuat tempat perlindungan (bivoak), pengetahuan cara memperoleh air dan makanan, membuat api, orientasi medan dan lain-lain.

3. Pengalaman dan Latihan, Survival adalah seni dan perlu kreativitas untuk menjalaninya, semakin kreatif seseorang maka semakin besar peluang orang tersebut untuk tetap hidup bahkan bisa menolong nyawa orang lain. Oleh karena itu pengalaman dan latihan sangat menentukan keberhasilan.

4. Peralatan atau Survival Kit, biasakan SELALU membawa survival kit dalam setiap perjalanan. Karena dengan memiliki survival kit, satu set perlengkapan sudah dimiliki untuk keadaan darurat. Isi kotak survival kit diantaranya ; korek api kedap udara, lilin, kaca pembesar, cermin, jarum dan benang, kail dan senarnya, sol sepatu dan benangnya, kompas, senter kecil, dan obat-obatan.

D. Langkah-langkah dalam survival
Sekali lagi, keputusan yang salah dalam menentukan suatu keputusan akan berakibat kematian. Untuk itu kita harus benar-benar dalam setiap mengambil keputusan. Ada beberapa langkah yang direkomendasikan dalam melakukan survival antara lain ;

1. Mengkoordinasikan anggota, bila beberapa orang, pilihlah salah seorang dari kelompok sebagai ketua. Seorang ketua sangat diperlukan untuk mengatur dan menentukan keputusan bila terjadi perselisihan.

2. Melakukan pertolongan pertama, obatilah anggota yang sakit agar tidak menjadi lebih parah. Dalam keadaan seperti ini penyakit yang ringan dapat berkembang bahkan dapat menyulitkan kita nantinya.

3. Melihat kemampuan dan keadaan anggota kelompok, hal ini akan berguna dalam pembagian tugas. Bedakan berdasarkan kondisi kesehatan, fisik dan mental. Karena jika salah memberikan tugas pada seseorang akan menghambat rencana bahkan dapat berakibat fatal.

4. Mengadakan orientasi medan, usahakan untuk mengetauhi posisi kita, kemungkinan pemukinan penduduk, dan perkiraan jalan keluar.

5. Mengadakan penjatahan makanan, perhitungkan jumlah makanan yang tersedia, jumlah anggota, perkiraan waktu. Disamping itu, mencari sumber makanan yang harus diusahakan dari luar rencana penjatahan. Mengenai cara mendapatkan makanan dan air akan dibahas lebih lanjut.

6. Membuat rencana kegiatan dan pembagian tugas, rencana yang dibuat se-rasional mungkin dan berdasarkan pertimbangan yang matang. Pembagian tugas sesuaikan dengan kondisi saat itu.

7. Usahakan menyambung komunikasi dengan dunia luar, jangan melakukan hal-hal yang berlebihan terlebih menguras tenaga kita. tandailah jalan yang telah kita lewati dan mencari perhatian dengan cara membuat asap, menjemur pakaian di tempat tinggi dan atau terbuka, memantulkan sinar matahari dengan cermin dan lain-lain.

8. Mencari pertolongan. Selalu dan selalu berusaha mencari pertolongan. Buatlah kode-kode dari darat ke udara yang dapat membantu tim penolong, khususnya yang mencari survivor lewat udara. Tanda-tanda yang diberikan harus berukuran cukup besar, menyolok, kontras dengan warna latar belakangnya, dan ditempatkan di tempat yang mudah terlihat dari udara dan atau dari kejauhan. Isyarat boleh dibuat dari benda atau bahan apa saja yang mudah diperoleh. Beberapa kode dari darat ke udara berupa pola-pola yang dibuat di atas tanah adalah sebagai berikut;

E. Memelihara kondisi tubuh

Membuat tempat berlindung (selter / bivoauk)

Kondisi survival adalah keadaan yang tidak menentu, kondisi dimana survivor harus selalu siap dengan segala kemungkinan yang terjadi dengan fasilitas dan sarana sederhana yang ada disekitarnya. Pada keadaan ini, dimana belum dapat dipastikan kapan keluar dari situasi tersebut membuat bivoauk adalah pilihan yang tepat. Tujuannya adalah untuk melindungi diri dari pengaruh alam seperti panas hujan, angin dan dingin.

Dalam membuat bivoauk harus disesuaikan dengan kebutuhan dan situasi disekitarnya (IMPROVISASI). Hematlah tenaga dengan mencari bahan-bahan yang mudah kita dapatkan disekitar kita. Karena pekerjaan ini sangat menguras tenaga. Lakukanlah pekerjaan yang dirasa perlu dan penting, karena pemborosan tenaga akan mempercepat turunnya daya tahan tubuh. Bivoauck dapat dibuat dari bahan-bahan yang sengaja di bawa misalnya dome/tenda atau bahan-bahan yang tersedia di alam seperti dedaunan, ranting pohon, cekungan dan lain sebagainya. Prinsipnya adalah; CEPAT, AMAN dan NYAMAN.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat tempat perlindungan antara lain ;

1. Untuk berapa lama, dengan merencanakan berapa lama berlindung disuatu tempat, penghematan tenaga dan kesadaran emosi akan selalu terjaga. Akan tetapi bila kita selalu berpindah tempat maka pilihan yang tepat adalah Flying Camp. Untuk perkemahan mengembara (flying camp) sebaiknya jangan menggunakan bahan dari alam. Selain pemborosan tenaga, kondisi alam yang kita hadapi tidak selalu menyediakan kebutuhan kita. Untuk itu kita membutuhkan tenda / bahan yang ringan, mudah dilipat, tidak banyak memakan tempat, dan mudah dibongkar pasang. Tenda yang memenuhi persyaratan tersebut adalah tenda dome.
2. Sendiri atau kelompok, sesuaikan ukuran dengan jumlah orang dan barang. Tidak terlalu sempit dan tidak terlalu luas, agar kehangatan tempat berlindung dan kenyamanannya tetap terjaga. Usahakan setiap anggota dapat tidur dalam posisi yang sempurna.
3. Pilih tempat yang sesuai, terlindung dari terpaan angin secara langsung, rata, jangan di tempat yang kemungkinan banjir, tidak di bawah pohon/ranting yang sudah mati/rapuh, bukan sarang dan jalur binatang. Gunakan bahan yang kuat dan usahakan sebaik mungkin karena akan turut menentukan dalam kenyamanan. Untuk waktu yang lama, dirikanlah bivoauk yang tidak terlalu jauh dari air agar mudah mendapatkan air. Tapi juga jangan terlalu dekat atau didaerah aliran air untuk menghindari bahaya banjir. Dirikan pada tempat yang terlindung dari terpaan angin dan jangan mendirikan pada daerah yang terbuka yang langsung diterpa angin. Dan yang terakhir pilihlah tempat yang rata dan kering.
4. Manfaatkan alat dan kondisi alam disekitar kita, misalnya tenda/dome, ransel, ponco, lubang besar dipohon, pohon tumbang, goa atau cekungan di lereng, dan lain-lain. Berdasarkan jenis bahannya bivouck dibedakan menjadi bivouck buatan dan bivouck alam. Bivouack buatan bivouack yang dibuat dari bahan-bahan yang dibawa maupun dari alam sedangkan bivouack alam adalah bivouack yang telah tersedia di alam misalnya cekungan, goa, pohon roboh dan lain-lain.

Contoh-contoh bivouack lihat di gambar (belum tersedia)

Air dan cara mendapatkannya
Air adalah komponen yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Dalam tubuh kita mengandung air sebanyak 75%, yang berperan dalam mempertahankan suhu tubuh, fungsi ginjal, dan menghilangkan rasa haus. Dengan meminum 4 – 5 liter air manusia dapat bertahan hidup 2 – 3 minggu sedangkan tanpa air manusia dapat bertahan hidup hanya 2 – 5 hari saja walaupun kondisi tubuh tidak terluka. Dalam keadaan survival jangan menunggu kehabisan persedian air, baru memulai mencarinya. Hematlah selalu air yang ada dan segera mencari sumber air terdekat untuk memenuhi persedian air kita. Kalau kondisi airnya terbatas lakukanlah pembagian jatah untuk setiap orang.

Air dapat dikonsumsi dengan baik apabila tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna. Untuk mendapatkan sekedar air sebenarnya tidak terlalu sulit apalagi hutan hujan tropis. Yang jadi pertanyaan adalah apakah air tersebut layak untuk kita konsumsi atau tidak. Berdasarkan sumber air yang diperoleh, ada air yang langsung dapat diminum dan ada yang harus mengalami treatment terlebih dahulu (dimasak, disterilkan, dan lain-lain).

Sumber air yang dapat langsung diminum
Pertama adalah air hujan. Meskipun kadang air hujan mengandung asam pada prinsipnya air hujan dapat diminum langsung, hanya diperlukan cara untuk mengumpulkannya. Cara mengumpulkan air hujan dapat dengan menggali lubang dan dipulas dengan tanah liat atau dasarnya dilapisi dengan bahan-bahan yang dapat menampung air seperti ponco, daun, alumunium foil, kulit kayu, plastik dan lain-lain. Ada baiknya setelah mendapatkan air kita masak terlebih dahulu.

Sumber yang kedua adalah dari tumbuhan dan atau lumut. Kita dapat memanfaatkan proses respirasi tumbuhan untuk mendapatkan air. Caranya adalah selubungkan sebuah ranting dan daunnya dengan sebuah kantong plastik yang ujungnya diikat. Penguapan dari daun akan menyebabkan timbul pengembunan pada plastik bagian dalam. Pilih bagian daun yang sehat dan banyak daunnya. Pada lumut kita dapat langsung menyerap air pada lumut dengan bahan yang mudah menyerap air seperti kain.

Sumber yang ketiga adalah embun. Pada daerah yang memiliki iklim yang sangat ekstrim dimana sangat panas di siang hari dan sangat dingin di malam hari, kita dapat menampung embun sangat banyak. Untuk mendapatkan air kita dapat menggunakan kain, busa, ponco, plastik dan lain-lain.

Sumber yang keempat adalah tanaman rambat atau rotan yang ada di hutan. Potonglah dengan pisau setinggi mungkin yang dapat dijangkau kemudian potong juga bagian bawahnya yang dekat dengan tanah. Air yang menetes dari batang tersebut dapat ditampung atau langsung diteteskan ke mulut.

Sumber yang kelima adalah air yang tertampung pada daun-daun yang lebar, biasanya setelah hujan ataupun embun di pagi hari, pada ruas bambu dan pada bunga kantong semar (Nephenthes sp) terdapat air. Untuk air yang dari kantung semar sebaiknya dimask dulu karena sering terdapat serangga yang sudah mati dan berbau.

Sumber keenam adalah dengan memanfaatkan kondensi tanah. Dalam hal ini memanfaatkan uap air tanah yang ditahan kemudian ditampung kedalam suatu tempat. Caranya adalah galilah tanah dengan kedalaman tertentu kemudian gelarkan plastik diatas lubang tersebut kemudian ujungnya ditahan. Beri pemberat di bagian tengah plastik penutup lubang hingga plastik agak masuk kedalam lubang. Sebelumnya telah diletakkan suatu wadah tepat dibagian tengah pemberat hingga nantinya air akan menetes di wadah tersebut. (lihat gambar….)

Sumber air yang tidak dapat langsung diminum
Lubang Air dan. Air yang terdapat di tempat ini biasanya juga bercampur dengan lumpur, potongan ranting, daun-daun kecil dan partikel-partikel besar lainnya. Cara yang terbaik adalah membiarkan terlebih dahulu air untuk beberapa saat agar mengendap. Sedngkan yang terapung di permukaan dapat dipungut langsung. Cara lain adalah dengan menggunakan kain atau busa kemudian diletakkan di permukaan secara perlahan dicelupkan ke dalam air lalu di peras dan ditampung disuatu tempat. Bisa juga dilakukan penyaringan atau disterilisasi dengan bahan-bahan seperti tablet Halazone, Iodine, Butir garam abu permanganate, atau bahan lainnya yang dibawa.

Air yang menggenang. Walaupun kita kadang ragu akan kebersihannya, dalam keadaan darurat air seperti ini masih dapat dimanfaatkan. Cara paling aman untuk memanfaatkan air itu adalah dengan melakukan penyaringan.

Air hasil galian di pantai dan atau sungai yang kering. Air tersebut harus mengalami proses lanjutan yaitu dengan dimurnikan terlebih dahulu. Caranya adalah ukur jarak sekitar 5 – 7 meter diatas air pasang untuk melakukan penggalian dengan cara membuat lubang kecil. Air yang didapat dengan cara ini biasanya tidak mengandung garam. Sebagai catatan air yang segar akan terletak diatas air yang asin dalam lubang galian tersebut. Air yang didapat dengan cara ini walaupun agak payau akan tetapi aman untuk dikonsumsi. Apabila air masih terlalu payau maka dapat dilakukan penggalian dengan penambahan jarak galian atau dilakukan penyaringan.

Cara penyaringan air
Pertama penyaringan dapat dilakukan dengan menggunakan baju kaos yang berlapis. Lebih baik kaos yang berwarna putih karena akan lebih jelas terlihat apabila kaos penyaring tersebut kotor dapat dibersihkan terlebih dahulu sebelum dilakukan penyaringan kembali.

Kedua. Dengan cara melewatkan air kedalam bambu. Tabung bambu bagian dasar dilapisi dengan kerikil dan ijuk atau bisa digunakan lapisan dedaunan kering dan rumput kering sebagai penyaringnya. Perlu diingat juga bahwa cara membersihkan air dapat dilakukan dengan mengendapkan selama 24 jam. Untuk menjaga kebersihannya maka sebaiknya tempat pengendapan ditutup rapat.

”INGAT! APABILA INGIN MINUM AIR, ambillah sedikit demi sedikit/ isapan. Jangan langsung minum sebanyak-banyak apabila menemukan air. Meminum sekaligus banyak hanya akan membuat muntah seseorang yang sedang kekurangan cairan (dehydrasi) sehingga akan membuat keadaan menjadi lebih parah.”

Tanda dari hewan ke sumber Air
Hewan bertulang belakang memerlukan air secara tetap. Hewan memamah biak biasanya hidup didekat air dan akan selalu berusaha di dekat sumber air. Hewan ini memerlukan air setiap sore dan pagi hari, bekas jejak hewan ini akan sangat jelas menuju ke lembah ke arah sumber air.

Burung pemakan buah tidak akan jauh dari sumber air. Binatang ini minum pada pagi dan sore hari. Apabila burung ini terbang langsung dan rendah maka itu tanda akan menuju air. Setelah minum burung tersebut akan terbang dari pohon ke pohon dan sering beristirahat. Pastikanlah lintasan terbang burung ini maka kemungkinan besar akan bertemu sumber air.

Serangga sebagai tanda yang baik terutama lebah. Mereka bisa terbang sekitar 6,5 Km dari sarang tetapi tidak mempunyai jadwal tetap mencari air. Semut sangat memerlukan air, sekumpulan semut yang berbaris menuju pucuk pohon untuk mengambil air yang terperangkap di sana. Seringkali penampungan air ini satu-satunya didaerah yang kering.

Menahan air dalam tubuh
Untuk menahan air dalam tubuh kita atau agar tidak cepat kehilangan kadar air dalam tubuh (dehydrasi) perlu diingat ;

* Hindari pergerakan yang berlebihan
* Untuk orang yang suka merokok, jangan terlalu banyak merokok.
* Berteduh di tempat yang teduh
* Jangan minum alcohol

· Bernapas melalui hidung, sedikit mungkin melalui mulut.

Perapian dan cara memasak dalam survival
“Kecil jadi sahabat besar jadi musuh” itulah api. Perapian merupakan hal penting yang harus kita pelajari dalam survival. Fungsi api dalam survival diantaranya sebagai penghangat tubuh, penerangan, menjauhkan hewan berbahaya, memasak, memberi tanda-tanda atau kode dll.

Dalam membuat api perlu diketahui 3 syarat yaitu udara, bahan bakar dan sumber panas. Satu syarat diatas tidak terpenuhi maka tidak akan terjadi pembakaran. Pilih tempat dekat shelter yang kering, terlindung dari angin dan dibersihkan dahulu dari serasah atau bahan lain yang mudah terbakar disekitarnya untuk mencegah kebakaran.

Dalam menyalakan api khususnya didaerah yang lembab, persiapkan tipe bahan sebagai berikut;

1. Tinder (penyala), material kering yang akan menyala dengan panas atau suatu percikan api.

2. Kindling (pemancing), material yang sudah disiapkan dan gampang menyala yang akan ditambahkan setelah bahan tinder menyala.

3. Fuel (bahan bakar), material ini diperlukan saat api sudah menyala besar dan baru dibutuhkan bahan pembakar yang agak besar dan terbakar secara pelahan-lahan.

Untuk daerah yang lembab (hutan hujan tropis) seperti kebanyakan hutan di Indonesia cara efisien dan efiktif adalah menggunakan korek api dan lilin agar tidak cepat mati. Akan tetapi apabila tidak korek api, ada beberapa cara yang dapat dicoba. Tetapi ingat cara ini memerlukan ketekunan dan kesabaran. Cara-cara yang dapat dilakukan diantaranya;

1. Menggunakan lensa / kaca pembesar / lup

2. Mengesekan kayu/bambu dengan kayu/bambu (keduanya harus kering)

3. mengesekkan pisau dengan batu dan atau batu dengan batu.

Tapi ingat, ketiga cara diatas tidak direkomendasikan di hutan yang lembab (Indonesia). Oleh karena itu bawalah selalu SURVIVAL KIT dalam setiap perjalanan.

Setelah dapat membuat api maka pengetahuan memasak dalam survival juga perlu untuk dipelajari. Memasak dalam survival adalah memberikan perlakuan terhadap bahan yang tersedia di alam untuk dimanfaatkan (dimakan). Tujuan dari memasak diantaranya; mengadakan sterilisasi, membuat bahan makanan agar mudah dicerna, menambah kenikmatan, dan lain-lain.

Apabila kita membawa peralatan memasak lengkap tentu tidak akan menjadi masalah. Akan tetapi apabila peralatan kita minim atau bahkan tidak membawa peralatan masak kita bisa menggunakan fasilitas dari alam sebagai sarana. Cara memasak tersebut diantaranya;

1. Memasak dengan menggunakan kaleng bekas, pastikan kaleng yang akan kita gunakan bersih.

2. Dengan menggunakan bambu, ambillah batang bambu yang masih muda / masih hidup. Potong sesuai ukuran yang diperlukan. Masukkan beras atau bahan makanan kedalam lubang bambu kalau perlu tambah air. Masukkan bambu tersebut ke dalam bara api.

3. Memasak dengan menggali lubang di tanah, buatlah lubang di tanah secukupnya. Lalu daun tersebut dialasi dengan daun yang lebar yang bisa menahan air. Masukkan beras yang telah di cuci dan direndam beberapa saat ke lubang tersebut. Tutup dengan daun yang telah kita sediakan, selanjutnya tutup kembali dengan tanah. Buat api unggun diatasnya yang tidak terlalu besar tetapi menyala dengan konstan. Tunggu beberapa saat, lalu kita buka lubang tadi dan selanjutnya nasi siap untuk dimakan.

4. Memasak dengan menggunakan kelapa muda, ambil buah kelapa yang masih muda. Lalu kupas ujung bagian atasnya yang berfungsi sebagai lubang. Masukkan beras yang kita cuci kedalam buah kelapa tadi. Masukkan buah kelapa yang telah diisi beras tersebut kedalam bara api, tunggu dan beberapa saat sampai nasi matang.

Banyak fasilitas dari alam yang dapat kita gunakan sebagai sarana memasak. Hal ini tergantung pada kreatifitas dari survivor.

F. Sumber-sumber makanan dari alam

Survivor dapat bertahan hidup maksimal tanpa makanan selama 2 – 3 minggu. Kondisi ini apabila tidak ada air sama sekali. Sama seperti air jangan menunggu makanan habis untuk mencarinya. Menurut sumbernya makanan dapat diperoleh dari tumbuhan (Botani) dan hewan (Zoloogi).

Zoologi praktis

Tidak semua hewan dapat kita makan. Hal ini karena beberapa hewan dapat menimbulkan bahaya bagi manusia. Sebab-sebab hewan berbahaya tersebut karena;

- Mengandung bisa / racun. Bukan berarti kita tidak memakan jenis hewan ini, akan tetapi perlu diperhatikan bahayanya bagi tubuh kita. Apabila unsur racun / bisa dalam tubuh binatang ini bisa kita hilangkan maka kita dapat mengkonsumsinya. Binatang yang berbahaya tersebut diantaranya adalah; Nyamuk malaria, semut api, tawon atau lebah, kelabang dan atau scorpio/kalajengking, pacet, harimau, buaya, ular, ikan lepu batu, ikan pari dan lain-lain.

- Menyebarkan bau yang khas / busuk. Binatang tertentu tidak dapat dimakan karena mempunyai kelenjar bau yang menyebar secara khas (busuk). Ini dimunkinkan karena bau busuk tersebut berfungsi sebagai senjata untuk melindungi dari predator. Contoh binatang ini adalah tikus busuk atau cecurut.

Satwa sebagai Sumber makanan (lebih lengkapnya lihat di tabel):

· Molusca, contohnya siput dan kerang.

· Annelida, contohnya cacing tanah dan sondari (Pheretima sp)dan lintah (Hirudinaria sp).

· Insecta, contohnya belalang (Palanga sp)

· Crustacea, contohnya udang dan kepiting

· Pisces, semua ikan dapat dimakan.

· Amphibia, contohnya katak Rana sp

· Reptilia, contohnya ular, kadal, cecak dan lain-lain.

· Mamalia, contohnya kelinci, rusa, tikus dan lain-lain.

· Aves, contohnya ayam hutan Gallus gallus

Untuk mempermudah mendapatkan satwa ini maka kita memerlukan peralatan atau membuat peralatan sebagai berikut ;

· Tali, adakalanya dalam keadaan survival diperlukan tali untuk mengikat sesuatu atau sebagai alat bantu dalam pejalanan, sedangkan tali buatan tidak tersedia dalam perlengkapan yang dibawa, untuk itu tali dapat dibuat dari sobekan kain, rotan, akar, bambu atau pilinan/anyaman serat tumbuhan seperti gambar……..

· Pisau, dapat dibuat dengan menggunakan kulit luar bambu ( sembilu ), pecahan kaca, tulang binatang atau batuan yang diruncingkan

· Memancing, untuk tali dapat dibuat dari benang kain / pakaian atau serat tumbuhan, sedangkan mata kail dibuat dari peniti, kawat, duri, kayu atau tulang

· Selain dengan peralatan mancing, mencari ikan dapat dilakukan dengan menuba, di daerah pedalaman dilakukan dengan menggunakan akar tuba sedangkan untuk daerah pantai dapat dilakukan dengan menggunakan buah Baringtonia yang ditumbuk dan ditebarkan ke perairan yang banyak mengandung ikan.

· Senjata, dalam keadaan survival terkadang kita memerlukan senjata untuk mempertahankan diri atau berburu binatang guna keperluan makan, ada beberapa cara diantaranya dengan memakai tongkat kayu, bambu runcing, tombak, boomerang, kapak atau panah yang kesemuanya dapat dibuat sendiri dari bahan yang tersedia.

· Jerat,/Jebakan dan Jaring. Selain menggunakan senjata, untuk menangkap khewan dalam kadaan survival, paling praktis adalah dengan membuat jerat khewan, jenis jerat bermacam macam tergantung jenis serta ukuran khewan yang akan ditangkap. Jebakan diatas dibuat dengan cara melobangi tanah, jenis mamalia kecil akan terjebak di dalam lobang karena berbentuk seperti leher botol, hati-hati dalam mengambil tangkapan karena bisa jadi yang masuk malah ular berbisa.Jerat yang aman dalam artian, hewan yang kena tidak akan mati karena jebakannya adalah dengan membuat jerat kaki, hewan yang menginjak jebakan akan terjerat kakinya.Untuk jenis burung atau dapat menggunakan jaring yang dipasang diantara dua pohon yang biasa dilalui burung. Burung yang terbang akan tersangkut di jaring sehingga mudah untuk ditangkap

Botani praktis

Yang perlu diperhatikan dalam keadaan darurat untuk memakan tumbuhan yang tidak umum, sebaiknya memakan tidak hanya satu jenis tumbuhan saja. Dalam pemanfaatan sebagai bahan makanan ada beberapa cara yang digunakan, yaitu:

· Tumbuhan yang dapat dimakan langsung, biasanya Tumbuhan yang dimanfaatkan pada bagian buah serta daun atau pucuk. Contoh : Rasamala, gelagah, sintrong, bunut, putat dan lain-lain.

· Tumbuhan yang harus dimasak terlebih dahulu, Biasanya dimasak dengan cara direbus, dibakar atau digoreng. Contoh : Pucuk puring, umbut palem-paleman rotan, buah saninten, pasang, umbi talas dan lain- lain

· Tumbuhan yang harus diolah lalu dimasak, Biasanya dilakukan pengolahan terlebih dahulu seperti perendaman selama berhari-hari atau diberi campuran bahan penetral sebelum dimasak, atau dalam memasaknya harus sering mengganti air, karena apabila dimakan langsung dapat mengakibatkan gatal atau memabukan. Contoh : Umbi Acung, Suweg, gadung dll.

Pada dasarnya tumbuhan yang dimakan hewan dapat dimakan manusia. Namun dalam memanfaatkan tumbuhan hati-hati terhadap tumbuhan beracun, untuk itu perlu dilakukan tes apakah bisa dimakan atau tidak. Ambil sebagian tumbuhan tidak bergetah yang ingin dimanfaatkan coba patahkan kemudian oleskan ke kulit tunggu beberapa menit, apabila tidak terasa reaksi seperti gatal / panas, diulangi dengan menggunakan lidah apabila tidak ada reaksi juga berarti dapat dimakan.