Kamis, 14 Juni 2012

Pengenalan Alat Dan pengenalan panjat tebing

Sebelum mengenal lebih dalam lagi tentang olahraga panjat tebing, pengetahuan tentang peralatan harus diketahui lebih dahulu mengenai nama dan bentuk peralatan kemudian paham fungsi alat tersebut serta yang terakhir yang tidak kala pentingnya dapat mempraktekkan peralatan tersebut sesuai dengan teori yang perna didapat/sesuai standar prosodur pemakaian.

ROPE
Tali yang biasa digunakan dalam pemanjatan adalah jenis karamantel yang secara umum terdapat dua macam:

1. Karnmantle static 
Ada dua jenis karnmatel static 
a. static
b. super static

jenis tali ini mempunyai daya lentur antara 6% s/d 0%, biasanya digunakan sebagai tali tetap ( fixed rope ) yang akan digunakan untuk ascending maupun descending. 
diameter standar yang digunaan adalah 10,5 mm. pnampilan ini biasanya berwarna gelap ( satu warna ), karena sifatnya yang static maka jenis tali ini aga keras atau kaku dibandingkan dengan jenis dyamic.

2. Karnmantel dynamic.
Digunakan untuk pemanjatan ( ebagai pengaman uatama ) yang menghubungkan
pemanjat dengan pengaman. Daya lentur tali ini ingga 25% yang berfungsi sebagai peredam kejut Jika jatuh. Ijin maksimal beban pada tali ini hingga tali tersebut merentang pada titik adalah 25% s/d 50%.
Dimeter yang biasa digunakan adalah 8,8 mm, 9mm, dan 11 m, sedangkan yang diameter 7 mm biasanya digunakan untuk tali transfer.
Karamantel yang baik dan masih layak dipakai bila ditekuk tidak terjadi patahan/masi membentuk lubang .


CARABINER
Carabier adalah cincin kait yang terbuatn dari almuniam alloy yang memeliki gate, ada dua macam carabiner yaitu screw gate dan non screw gate. Screw carabiner lebih besar kegunaannya daripada non screw gate, berfungsi sebagai pengkait dan dikaitkan.

DESCENDER
Peralatan yang digunakan untuk meniti tali keatas (peralatan tambahan) dan kebawah (memberikan gesekan pada tali sehingga kecepatan turun dapat di kontrol) serta mengemankan leader disaat membuat jalur. Jenis descender banyak dan pada umumnya banyak yang menggunakan jenis figure of eight atau auto stop
Descender/figure of eigh Descender auto Stop

ASCENDER
Alat mekanik untuk meniti tali ke atas saja dan secara otomatis mengunci, jenis ascender 
yang banyak dipakai adalah jumar dan croll.

HARNESS
Peralatan yang digunakan dipakai oleh pemanjat ( leader/belayer ) untuk mengamankan tubuh ( leader/blayer ) dan akan lebih aman lagi apabila dihubungkan dengan pengaman utama ( main rope ). Ada dua macam harness yaitu full body harness dan seat harness. 

CHALK BAG 
Sbagai tempat MgCo3 ( Magnesium Carbonat ), yang berfungsi agar tangan tidak licin karena berkeringat sehingga akan dapat membantu dalam pemanjatan.

SEPATU PANJAT
Ada dua jenis sepatu yang digunakan dalam pemanjatan yaitu:

1. Soft ( lentur dan fleksibel )
bagian bawahnya terbuat dari karet yang kuat dan memiliki kelenturan untuk menolong pada pijakan-pijakan yang minim di permukaan tebing dan mempunyai daya friksi yang baik.

2. Hard ( keras )
Jenis sepatu ini pada bagian bawah /telapak kaki tidak terlalu lentur/agak kaku. Cocok digunakan pada tebing yang banyak tonjolannya dan tajam atau tebing dengan tangga-tangga kecil, sehingga gaya tumpuannya dapat tertahan oleh bagian sepatu.
   
PULLEY
Mirip katrol, kecil dan ringan tetapi memiliki kemampuan dalam beban yang berat. Ada beberapa jenis Pulley di antaranya Pulley mini dan Pulley Tandem.
   
HELMET
Berfungsi untuk melindungi/mengamankan bagian kepala pemanjat, sehingga dalam pemanjatan lebih aman. Biasanya terbuat dari bahan plastic khusus yang ringan an tebal.

WEBBING
Merupakan alat panjat yang bentuknya pipih tidak terlau kaku dan lentur dalam penggunaanya dapat berfariasi misalnya: etreyer, sling, pengaman tubuh, sling runner.

CHOCK STOPPER
Merupakan pengaman sisip yang mulai dipasarkan tahun 1950-an. Digunakan untuk celah fertikal yang menyempit kebawah. Prinsip kerjanya menjepit pada celah yang membentuk sudut atau menyempit. Chock ini membentuk pipih.

PAKU PITON
Juga termasuk pengaman sisip yang berguna sebagai pasak. Prinsip kerjanya dimasukan kedalam celah baik yang vertical maupun yang horizontal. 

HEXA 
Secara prinsip cara kerjanya sama dengan chock stopper, hanya berlainan bentuk. Untuk pengaman sisip ini biasanya berbentuk round ( bulat ) dan hexagonal, pada kaitnya terbuat dari wire, seling webbing atau karnmantle static.

FRIEND
Prinsip kerja alat ini jika diberi beban keeping-kepingnya akan mengembang keluar sehingga akan menimbulkan gaya tekan ke smping yang besarnya dua kali lipat gaya beban yang diterimanya. Friend ini digunakan untuk menghadapi jenis-jenis celah vertical yang menyempit ke atas, celah yang melebar keluar, celah menyamping, celah pada lintasan menggantung ( over hang ) dan celah pada lintasan atap ( roof ), lebih dikenal dengan nama friend karena penggunaannya sangat mudah dan tingkat keamanannya dapat diandalkan sebagai teman pada saat memanjat.

ETRIER (TANGGA)
Bila rute yang akan dilalui ternyata sulit, karena tipisnya pijakan dan pegangan, maka etrier ini sangat membantu untuk menambah ketinggian. Pada Atrificial Climbing, etrier menjadi sangat vital, sehingga tanpa alat ini seorang pendaki akan sulit sekali untuk menambah ketinggian.

Abseiling (Rapeling)
Setelah mencapai puncak tebing, persoalan berikutnya adalah bagaimana turun kembali. Pada saat turun, pandangan pendaki tidak seluas atau sebebas ketika mendaki. Inilah sebabnya mengapa turun lebih sulit dari pada mendaki. Karenanya alat sangat diperlukan pada saat turun tebing (abseiling/rapeling). Cara turun dengan menggunakan tali melalui gerakan atau sistem friksi sehingga laju luncur pendaki dapat terkontrol.

Berdasarkan pemakaian alat maka abseiling dapat dibagi atas : teknik tanpa karabiner (classic method) dan teknik dengan karabiner (crab method).

ROCK CLIMBING

Pada dasarnya Rock Climbing dari mountaineering ( kegiatan mendaki gunung, suatu perjalanan petualang ke tempat-tempat yang tinggi ), hanya disini kita menghadai medan yang khusus. Dengan membedakan daerah atau medan yang di lalui, Mountaineering dapat dibagi menjadi : hill walking, Rock Climbing dan Ice/Snow Climbing. Hill walking merupakan perjalanan biasa melewati serangkaian hutan dan perbukitan dengan berbekl pengetahuan peta/kompas dan survival. Kekuatan kaki jadi factor utama suksesnya suatu perjalanan. Untuk rock climbing, medan yang dihadapi berua perbukitanm atau tebing dimana sudah diperlukan bantuan tangan untuk menjaga keseimbangan tubuh atau untuk menambah ketinggian. Es/ snow climbing hamper sama dengan halnya rock climbing, namun medan yang dihadapi adalah perbukitan atau tebing ice salju.

Sejarah Panjat Tebing Indonesia

Berawal dari mereka yang mempunyai mata pencaharian sebagai pengunduh sarang burung wallet gua di tebing- tebing Kalimantan Timur atau Karang Bolong Jateng, merupakan tonggak sejarah panjat tebing di Indonesia, kemudian pada tahun 1958 lapangan terbang perintis dibuka pada beberapa lokasi di Irian membangkitkan semangat para pendaki gunung Untuk mencoba Cartensz sang perawan salju di Khatulistiwa. Pada tahun 1964 beberapa pendaki Jepang serta3 orang ABRI, Fred Athaboe, Sudarto dan Sugirin yang tergabung dalam Ekspedisi Cendrawasih berhasil mencapai puncak Cartensz(4884 mdpl) di Irian. Pada tahun ini pula perkumpulan pendaki gunung tertua yaitu Mapala UI di Jakarta dan Wanadri di Bandung, dan juga merupakan awal mula sejarah pendakian gunung di Indonesia.

Klasifikasi Panjat Tebing

Dalam panjat tebing terdapat 2 klasifikasi yaitu:
  1. Pembedayaan yang pertama adalah free climbing dengan Artificial Climbing. Free Climbing adalah suatu tipe pemanjatan dimana si pemanjat menambah ketinggian dengan menggunakan kemampuan dirinya sendiri, tidak dengan bantuan alat. Dalam Free Climbing alat digunakan hanya sebatas pengaman, bukan sebagai alat untuk penambah ketinggian. Bedanya dengan artificial climbing, dimana alat selain digunakan sebagai pengaman, juga berfungsi untuk menambah ketinggian.
  2. Perbedaan yang kedua adalah sport climbing dengan adventure climbing. Sport Climbing adalah suatu pemanjatan yang lebih menekankan pada factor olah raganya. Dalam sport climbing, pemanjatan dipandang seperti halnya olah raga yang lain, yaitu untuk menjaga kesehatan. Sedangkan pada adventuring, yang itekankan adalah lebih pada nilai petualangnya.

PROSEDUR PEMANJATAN


Tahapan-tahapan dalam pemanjatan hendaknya dimulai dari langkah-langkh sebagai berikut:
  • mengamati lintasan dan memikirkan teknik yang akan dicapai.
  • Menyiapkan peralatan yang akan dibutuhkan
  • Untuk Leader, perlengkapan teknis diatur sedemikian rupa agar mudah untuk diambil / memilih dan tidak mengganggu gerakan. Tugas dari Leader sendiri adalah membuat lintasan yang akan dilaluinya dan pemanjat berikutnya.
  • Untuk Belayer, memasang ancor dan merapikan alat-alat. Tugasnya adalah membantu Leader baik dengan aba-aba maupun dengan tali yang dipakai Leader, Belayer juga bertugas mengamankan Belayer dari resiko jatuh atau yang lainnya, dengan langkah awal yaitu meneliti penganman yang dipakai Leader.
  • Bila belayer dan Leader telah siap melakukan pemanjatan, segera memberi aba-aba pemanjatan
  • Bila Leader sampai ketinggian 1 pitch (tali habis) ian harus memasang ancor.
  • Leader yang sudah memasang ancor diatas, selanjutnya berfungsi sebagai Belayer untuk mengamankan pemenjat berikutnya.

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD)

Sehari-hari dimana saja dan kapan saja, tidak jarang kita jumpai berbagai macam kecelakan, dengan akibat luka ringan maupun berat.
Menilik dari hal tersebut, diharapkan kita dapat menguasai dan menerapkan pengetahuan tentang pertolongan pertama apabila terjadi kecelakaan.
Mountain Sicknes ( Penyakit yang sering terjadi saat melakukan pendakian ) antara lain:

1. Ketegangan dan panik
    - Pencegahan :
      • Sering berlatih 
      • Berpikir positif dan optimis 
      • Persiapan fisik dan mental 

2. Matahari / kepanasan ( Hipoksia )
    - Kelelahan panas 
    - Kejang panas 
    - Sengatan panas 
   Pencegahan keadaan panas :
   • Aklimitasi  
   • Persedian air 
   • Mengurangi aktivitas 
   • Garam dapur 

3. Serangan penyakit
    - Demam 
    - Disentri ( diare )
    - Typus 
    - Malaria 

4. Kemerosotan mental ( Drop )
    - Gejala : Lemah, lesu, kurang dapat berpikir dengan baik, histeris
    - Penyebab : Kejiwaan dan fisik lemah, Keadaan lingkungan mencekam
    - Pencegahan : Usahakan tenang,Banyak berlatih

5. Bahaya binatang beracun dan berbisa
    - Keracunan 
     • Gejala : Pusing dan muntah, nyeri dan kejang perut, kadang-kadang mencret, kejang-kejang seluruh badan, bisa pingsan.
       Penyebab : Makanan dan minuman beracun
       Pencegahan : Air garam di minum
                                   Minum air sabun mandi panas
                                   Minum teh pekat
                                   Di tohok anak tekaknya

6. Keletihan amat sangat
    Pencegahan : Makan makanan berkalori, Membatasi kegiatan

7. Kelaparan
8. Kehausan ( Dehidrasi )
9. Lecet 
10. Shock
11. Pingsan
12. Kejang otot ( kram )
13. Terkilir (Reptura Tendo)
14. Dislokasi (sendi meleset)
15. Patah Tulang
16. Keracunan
17. Kedinginan ( Hypotermia )
       Untuk penurunan suhu tubuh < 30° C bisa menyebabkan kematian

KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM ( KSDA )

Ditinjau dari bahasa, konservasi berasal dari kata conservation, dengan pokok kata to conserve (Bhs inggris) yang artinya menjaga agar bermanfaat, tidak punah/lenyap atau merugikan. Sedangkan sumber dalam alam sendiri merupakan salah satu unsur dari liungkungan hidup yang terdiri dari sumber daya alam hayati dan sumber daya alam non hayati, serta seluruh gejala keunikan alam, semua ini merupakan unsur pembentuk lingkungan hidup yang kehadirannya tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Dari sedikit uraian tersebut diatas, maka konservasi sumber daya alam dapat diartikan sebagai pengelolaan sumber daya alam yang dapat menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan menjamin kesinambungan pertsediaannyadengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragamannya.

Menurut kemungkinan pemulihannya, kita mengenal 2 (dua) macam sumber daya alam, yaitu:
  1. Renevable, sumber daya alam yang dapat dipulihkan/ diperbaharui, yaitu sumber daya alam yang dapat dipakai kembali setelah diadakan beberapa proses. Contoh : air, pohon, hewan dll
  2. Anrenevable, yaitu sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui/ dipulihkan apabila dipakai terus menerus akan habis dan tidaka dapat diperbarui. Contoh : minyak bumi, batubara, Emas dll. 
Pengertian konservasi sumber daya alam dan ekosistemnya dapat mengandung tiga aspek, yaitu :
  1. Perlindungan sistem penyangga kehidupan
  2. Pengawetan dan pemeliharaan keanekaragaman, jenis baik flora dan fauna beserta ekosistemnya.
  3. Pemanfaatan secara lestari bagi terjaminnya sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. 
Kendala / permasalahan dan upaya penanggulangannya dalam konservasi lingkungan. Dalam melaksanakan pembangunan konservasi sumber daya alam, dan ekosistemnya masih ditemui kendala pada umumnya diakibatkan oleh :
  1. Tekanan penduduk
  2. Jumlah penduduk Indonesia yang padat sehingga kebutuhan akan sumber daya alam meningkat.
  3. Tingkat kesadaran
  4. Tingkat kesadaran ekologis dari masyarakat masih rendah, hal ini dikarenakan tingkat pendidikan yang rendah dan pendapatan yang belum memadai. Sebagai contoh beberapa kawasan konservasi yang telah ditetapkan banyak mengalami kerusakan akibat perladangan liar / berpindah-pindah.
  5. Kemajuan teknologi :Kemajuan teknologi yang cukup pesat akan menyerap kekayaan (eksploitasi sumber daya alam) dan kurangnya aparat pengawasan serta terbatasnya sarana prasarana.
  6. Peraturan dan perundang-undangan
Peraturan perundang-undangan yang ada saat ini belum cukup mendukung pembentukan kawasan konservasi khususnya laut (perairan).

Agar usaha pembangunan konservasi sumber daya alam dan lingkungan hidup di Indonesia dapat mencapai harapan yang telah ditetapkan secara garis besar perlu ditempuh upaya sebagai berikut :
  1. Intensifikasi pengelolaan kawasan konservasi
  2. Peningkatan dan perluasan kawasan konservasi sehingga mewakili tipe-tipe ekosistem yang ada.
  3. Recruitment dan peningkatan ketrampilan personel melalui pendidikan dan latihan.
  4. Peningkatan sarana dan prasarana yang memadai.
  5. Peningkatan kerjasama dengan isntansi lain didalam dan luar negeri.
  6. Penyempurnaan peraturan perundang-undanagn dibidang konservasi sumber daya alam dan lingkungan hidup.
  7. Peningkatan pengamanan dan pengawasan terhadap kawasan konservasi (dengan pemberian pal-pal batas) peradaran flora dan fauna.
  8. Memasyarakatkan konservasi ke seluruh lapisan masyarakat sehingga dapat berperan serta dalam upaya konservasi sumber daya alam dan lingkungan 
Kawasan konservasi adalah merupakan salah satu sumber kehidupan yang dapat meningkatkan kesejahtreraan masyarakat Indonesia. Oleh karena itu usaha-usaha konservasi di Indonesia haruslah tetap memegang peranan penting dimasa yang akan datang, suatu hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa usaha konservasi sumber daya alam tersebut harus dapat terlihat memberikan keuntungan kepada masyarakat luas, hal ini penting untuk mendapat dukungan dan partisipasi seluruh lapisan masyarakat.
Definisi-definisi
  1. Sumber Daya Alam Hayati adalah unsur-unsur hayati dialam yang terdiri dari sumber alam nabati (tumbuhan) dan sumber daya alam hewani (satwa) yang bersama unsur non hayati disekitarnya secara keseluruhan membentuk ekosistem.
  2. Konservasi sumber daya alam hayati, adalah pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjaga kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya.
  3. Ekosistem sumber daya alam hayati, adalah sistem hubungan timbal balik antara unsur dalam alam baik hayati maupun non hayati yang saling ketergantungan dan pengaruh mempengaruhi.
  4. Kawasan suaka alam, adalah kawasan dengan ciri khas tertentu baik didarat dan diperairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai wilayah penyangga kehidupan.
  5. Kawasan pelestarian alam, adalah kawasan dengan ciri khas tertentu baik didarat maupun diperairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatannya secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
  6. Kader konservasi dan pecinta alam, adalah seseorang atau sekelompk orang yang telah terdidik atau ditetapkan oleh isntansi pemerintah atau lembaga non pemerintah yang secara sukarela sebagai penerus upaya konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, bersedia serta mampu menyampaikan pesan-pesan konservasi kepada masyarakat.
  7. Cagar alam, adalah hutan suaka alam yang berhubungan dengan keadaan alam yang khas termasuk alam hewani dan alam nabati yang perlu dilindungi untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan kebudayaan


MOUNTAINERING

Pada garis besar gunung terbagi menjadi 2, yaitu gunung berapi/aktif dan tidak aktif. Berdasar bentuknya dibagi menjadi

1. Gunung api strato(bentuk campuran)

tersusun atas perselingan lelehan lava erupsi efusif dengan bahan lepas hasil erupsi eksplosif. contoh : Gunung Tangkuban perahu

2. Gunung api perisai :

bentuk ini tersusun terutama oleh perlapisan lelehan atau lelehan lava encer.Sehingga lava encer ini menghasilkan kubah landai.Contohnya : Gunung Mauna Loa di Hawaii Gunung api maar. Gunung ini terjadi karena suatu erupsi eksplosif yang berlangsung relatif singkat pada gunung api baru yang terbentuk.Hasil letusan ini berupa suatu lubang kawah yang landai.kawah ini biasanya kemudian terisi air dan merupakan suatu danau kawah

3. Gunung api kaldera:

Terjadi sebagai akibat dari suatu erupsi eksplosif yang dahsyat sehingga puncak dari kerucut gunung api runtuh,dan terbantuk kawah raksasa dengan tebing yang terjal dan mempunyai garis tengah kaldera antara 2 km sampai dengan lebih dari 10 km Contoh : Gunung Tambora di Nusa Tenggara dan Gunung Tengger di Jawa Timur


Jenis Perjalanan / Pendakian

Mountenaineering dalam arti luas berarti suatu perjalanan yang meliputi dari Hill Walking/Fell Walking, Scrambling, Climbing, Mountenaineering. Adapun uraiannya sebagai berikut:

a. Hill Walking/Fell Walking

Perjalanan mendaki bukit yang relative landai dan tidak membutuhkan peralatan teknis pendakian yang rumit, landai dalam arti kemiringan sudut tanah tidak lebih dari 45mdpl.

b. Scrambling

Pendakian pada tebing-tebing batu yang tidak begitu terjal sekitar kemiringan 45x-72mdpl. Tangan kadang-kadang diperlukan hanya untuk keseimbangan, bagi pemula tali kadang harus dipasang sebagai pengaman.

c. Climbing

Kegiatan pendakian yang membutuhkan penguasaan teknik mendaki, tali-temali dan kekuatan fisik, mental, ketenangan serta keberanian. Peralatan teknis dibutuhkan untuk pengaman. Sudut kemiringan tanah dalam pendakian jenis climbing ini berkisar lebih dari 72 mdpl.

d. Mountenaineering

Gabungan dari semua bentuk pendakian diatas dimana selain dibutuhkan pengetahuan teknik mendaki, persiapan fisik dan peralatan mendaki juga diperlukan tentang manajemen pendakian.

PERENCANAAN DAN PENGELOLAAN PERJALANAN DI ALAM BEBAS ( Manajemen Perjalanan/ Manajemen Expedisi )

PENDAHULUAN

Dorongan untuk melakukan petualangan di alam bebas menyebabkan para penggiatnya melakukan berbagai kegiatan perjalanan, mulai dari pendakian gunung, penyusuran pantai , pengarungan sungai berarus deras, dll. Perjalanan tsb dilakukan dengan berbagai tujuan mulai dari eksplorasi, survey maupun hanya untuk berjalan-jalan. Semua perjalanan tsb memerlukan persiapan yang baik, mengingat kegiatan di alam bebas seperti ini menghadapkan kita pada berbagai kondisi alam yang apabila tidak kita ketahui dengan baik akan menghadapkan kita pada keadaan yang dapat membahayakan jiwa kita, dan sebaliknya bila kita pahami akan memberikan kenikmatan berpetualang pada penggiatnya.
Agar perjalanan di alam bebas dapat berjalan sesuai dengan rencana kita, ada beberapa hal yang perlu dilakukan :

1. TUJUAN

Merumuskan suatu tujuan haruslah berdasarkan realita, tidak boleh terlalu ambisius. Tujuan haruslah disesuaikan dana yang telah tersedia, kemampuan anggota, dan waktu. Setiap anggota harus mengetahui dengan jelas tujuan perjalanannya, hal ini untuk menghindari kesalahpahaman yang mungkin akan terjadi.

2. WAKTU

Apakah waktu yang ditetapkan bisa diikuti oleh semua anggota ? perencanaan perjalanan alam bebas harus pula memperhitungkan kalender kuliah atau pekerjaan anggota-anggotanya. Hal lain yang harus diperhatikan adalah musim pada saat pelaksanaan perjalanan alam bebas tsb.

3. PESERTA

Jumlah anggota yang ikut haruslah ditetapkan dengan beberapa pertimbangan, berapa orang yang dapat dilibatkan dengan fasilitas transportasi yang ada ? berapa orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tujuan berdasarkan keahlian, pengalaman dan minat peserta bekerjasama eegentk sesuai dengan ae iitanuyan' iklnpdnlak k untuk menentukan itu semua maka seleksi haruslah dilakukan. Tentukan koordinator perjalanan (leader), bidang-bidang koordinasi, subkoordinasi, seperti bidang dana, publikasi dan dokumentasi, perlengkapan akomodasi, logistik, medis dll. Koordinator perjalanan haruslah dipilih dari orang-orang yang berwibawa dan punya pengalaman sebagai pemimpin. Dia tidak harus seorang pendaki yang hebat, tetapi yang lebih penting lagi adalah yang mampu mengkoordinasi pendakian tsb.

4. ANGGARAN KEUANGAN

Dalam menyusun keuangan, beberapa hal harus diperhitungkan, antara lain kemungkinan situasi ekonomi negara kita, seperti inflasi, perubahan kurs mata uang asing. Sebagai contoh ekspedisi Indonesia ke Himalaya beberapa tahun yang lalu tidak jadi berangkat hanya beberapa hari sebelum pemberangkatan karena terjadi inflasi. Kemungkinan lain adalah tidak tercapainya dana yang dibutuhkan.Alokasi dana atau perjalanan harus tepat dan masuk akal. Buatlah anggaran yang terperinci untuk setiap bidang. Pengeluaran dan pemasukan uang hanya berhak dilakukan oleh satu orang, mis bendahara atau pemimpin perjalanan.

5. PERIJINAN

Setiap daerah atau negara mempunyai peraturan perijinan yang berbeda. Izin ini tergantung juga pada sifat ekspedisi yang akan dilakukan : untuk penelitian, wisata, pembuatan film, atau petualangan. Demikian pula apabila perjalanan itu gabungan dengan pihak luar negeri, bagaimana prosedurnya haruslah diperhitungkan.

6. PEMBUKUAN PERJALANAN

Pembukuan sebaiknya dilakukan secepatnya, kalau perjalanan itu dilakukan pada masa liburan mis, pembukuan harus dilaksanakan jauh-jauh hari sebelum kehabisan tiket . Kalau suatu lembaga memastikan akan memberikan bantuan transportasi tentulah kita tidak akan kesulitan tinggal menentukan tanggal keberangkatan yang pasti.

7. SPONSOR DAN PUBLIKASI

Adakalanya pencantuman seorang penasehat atau pelindung dalam organisasi perjalanan dilakukan dengan pertimbangan diplomatis, yaitu untuk mendukung organisasi itu dalam usaha untuk mencari kemudahan fasilitas atau lainnya.
Publikasi di media massa seringkali penting dan berkaitan erat dengan usaha pengumpulan dana. Seorang yang bertanggung jawab atas publikasi perlu ditunjuk. Dia harus pandai berhubungan dengan pihak luar dan menarik minat pers untuk menyiarkan ekspedisi ini baik di koran, majalah, radio maupun televisi. Siaran pers harus disiapkan secara menarik lengkap dengan foto atau gambar.

8. PENELITIAN DAN PERENCANAAN PERJALANAN

Perencanaan terperinci harus dilakukan oleh setiap bidang. Kalau memang memungkinkan ada baiknya mengirimkan satu kelompok pendahulu untuk dilakukan survey lokasi, yang bertugas mencari informasi tentang lokasi. Tinggi gunung, tumbuh-tumbuhan yang ada, arus sungai, temperatur, adat istiadat penduduk setempat, semua informasi tsb haruslah diketahui. Team survey harus juga mencari informasi tentang camp induk yang akan didirikan dan untuk melapor pada pejabat setempat, tidak lupa menghubungi puskesmas atau dokter setempat (untuk bekerja sama apabila ada kecelakaan dalam perjalanan). Bila survey tidak bisa dilaksanakan pencarian informasi bila dilakukan dengan bertanya kepada orang yang sudah pernah berekspedisi ke sana, membaca buku atau mempelajari peta.
Dengan terkumpulnya seluruh informasi kita dapat merencanakan perjalanan sematang mungkin. Lakukanlah pengecekan dan konfirmasi seluruh informasi apa yang telah masuk. Checklist perlengkapan disesuaikan dengan kondisi lokasi, buatlah daftar peralatan yang harus dibawa oleh individu atau kelompok. Pastikan tiap anggota membawa P3K dan obat-obatan pribadi.

9. PERENCANAAN DI LAPANGAN

Kegiatan di lapangan harus sudah jauh-jauh hari disiapkan. Dirumuskan secara terperinci dalam schedule. Susunlah rencana itu dalam suatu jadwal khusus hari per hari. Tetapkanlah waktu yang diperlukan untuk mencapai target/ tujuan perjalanan, serta strategi yang akan digunakan dan rute yang akan ditempuh, serta tempat menginap/ bivoak.



10. BRIEFING 

Seluruh anggota perjalanan akhirnya dikumpulkan untuk menerima briefing. Pada kesempatan ini, pimpinan perjalanan menjelaskan segala sesuatu yang berkenaan dengan perjalanan antara lain : tujuan, lokasi, kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi, metode dan strategi di lapangan dsb, kalau perlu dalam kesempatan ini diadakan pula ceramah oleh para ahli untuk menjelaskan tentang lokasi dari segi geologi atau antropologi. Kesempatan ini juga dapat dilaksanakan untuk mengenal dan mengadakan latihan pemakaian peralatan baru.

11. CHECK KESEHATAN

Pastikan semua anggota telah melakukan check kesehatan. Usahakan mendapat vaksinasi untuk mencegah demam, tuberculoses, serta anti tetanus.

12. PELAKSANAAN DI LAPANGAN

Dalam tahap ini pemimpin perjalanan langsung menangani pelaksanaan perjalanan. Pimpinan harus pandai menekankan kepada anggota-anggotanya bahwa keberhasilan suatu perjalanan ditentukan oleh kemampuan setiap anggota untuk belajar tinggal dan bekerjasama sebagai suatu kelompok yang utuh, pada setiap kesempatan lakukanlah pertemuan untuk mengadakan evaluasi dan diskusi mengenai masalah-masalah yang dihadapi. Berilah kesempatan setiap bidang untuk melaporkan setiap kegiatan yang telah dan akan dilaksanakan, sehingga setiap anggota akan dapat mengetahuinya.

13. SETELAH PERJALANAN

Tahap ini adalah anti klimaks, sehingga kegiatannya seringkali terulur-ulur, bahkan tak jarang dilupakan. Baiknya membuat laporan perjalanan. Kalau memungkinkan kirimkanlah ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran perjalanan.

SEJARAH PENDAKIAN GUNUNG

Meneliti kembali sejarah pendakian gunung akan kembali membuka berbagai catatan yang tidak cukup jelas, hal ini haruslah dimaklumi karena kegiatan ini telah dimulai manusia dimana saat itu teknologi tidaklah seperti yang terlihat saat ini. Oleh karenanya banyak tulisan tentang para pelaku sejarah pendakian gunung hanya berupa catatan kecil dan banyak penulis hanya mereka-reka tentang apa yang sebenarnya dipikirkan oleh mereka dalam tujuannya menggapai tempat-tempat tertinggi di dunia.

“Because it is there” jika boleh meminjam kutipan kata dari sang legendaris George Mallory ketika ditanya alasannya mengapa mendaki gunung. Apakah menggapai tempat-tempat tertinggi telah mengispirasi kegiatan pembangunan manusia selanjutnya seperti pembangunan altar untuk roh, menyaksikan pemandangan sebuah kota dari puncak bangunan atau juga membangun menara-menara yang berhubungan dengan pengamatan cuaca dan geologi. Saat ini, pendakian gunung merupakan bagian dari olahraga, hobi bahkan telah menjadi sebuah profesi. Kegiatan pendakian gunung membutuhkan kekuatan fisik dan mental hingga persiapan logistik yang baik untuk bisa berhasil. Selain sebagai kegiatan yang kian diminati saat ini pendakian gunung juga memberikan kontribusi pada berbagai kegiatan ilmiah.

Berikut adalah beberapa catatan penting dalam sejarah pendakian gunung :

  • 1874 - Grove, Gardiner, Walker, Sottajev dan Knubel mencapai puncak gunung tertinggi di Eropa: Elbrus.
  • 1913 - Karstens, Harper, Tatum dan Stuck mencapai puncak gunung tertinggi di Amerika Utara: Gunung McKinley (Gunung Denali).
  • 1953 - Norgay dan Hillary mencapai puncak gunung tertinggi di dunia: Mount Everest di Nepal.
  • 1985 - Dick Bass mencapai Mount Everest dan menjadi orang pertama yang mencapai seluruh Seven Summits.
Tidak semua orang dilahirkan untuk daerah yang keras seperti gunung. Namun hal ini bukan berarti kita tidak dapat melakukan petualangan di daerah keras seperti gunung. Untuk dapat melakukannya kita harus melatih dengan baik dan terus melakukan hingga memiliki berbagai pengalaman yang cukup. Peralatan yang paling mahal tidak akan memberikan kompensasi jadi pastikan kita terus membangun pengalaman pendakian kita.

Hiking, merupakan komponen yang lebih lembut dari pendakian gunung (Mountainering), karena murni berjalan di jalur-jalur yang jelas di gunung dengan tujuan menjelajahi dan menikmati alam. Yang bisa didapatkan dari hal seperti ini adalah keakraban dengan alam dan tidak perlu dilakukan dengan tergesa-gesa bahkan banyak kegiatan bisa dilakukan di dalamnya.